Balai penelitian dan Pengembagan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan ICRAF menggelar Kegiatan alih teknologi di KHDTK Rarung Lombok Tengah. Tema yang diusung adalah “Peningkatan Produktivitas Hutan Rakyat Dengan Pengembangan Agroforestry”.Kegiatan ini menjadi menarik karena diikuti oleh 20 perserta dari berbagai kelompok tani seperti Kelompok tani Batu dulang (Sumbawa), Kelompok Tani Tunas Muda Mangkung (Lombok Tengah) dan kelompok Tani Patuh Angen, Mitra Tani yang ada di KHDTK Rarung.
Mengawali Kegiatan ini Kepala Balai Penelitian Dan Pengembagan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Bintarto Wahyu Wardani, S.Hut.M.Sc., menyampaikan bahwa memiliki harapan yang sangat besar kepada setiap peserta untuk bisa lebih mengenal teknik agroforestry ini karena dengan teknik agroforestry masyarakat bisa mendaptkan segudang manfaat tanpa harus merusak pohon dan hutan, sehingga Hutan tetap terjaga dan lestari. Beliau menekankan juga bahwa pertemuan ini sebagai ajang untuk menjalin silaturahmi dan saling mengenal satu sama lain antar setiap peserta, karena peserta berasal dari berbagai wilayah. Manfaatkan silaturahmi ini untuk membangun komunikasi, jejaring diantara kelompok tani.
Pada kesempatan itu pula sebelum penyampaian materi pelatihan satu persatu peserta dipersilahkan untuk saling memperkenalkan diri. Hal ini dapat mencairkan suasana, karena canda tawa pun tercipta oleh seluruh peserta. Melihat potensi hutan rakyat NTB yang cukup besar mencapai 11.869,1 Ha, Dr. Ryke Nandini, S.Si., M.Si peneliti Balai penelitian dan Pengembagan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu saat menyampaikan materinya Beliau mengajak dan memperkenalkan agroforestry kepada peserta.
“kebanyakan masyarakat hanya menanam pohon seperti mahoni dan sonokeling, selanjutunya ditunggu besar lalu di tebang dan selanjutnya dijual. Hasilnya tidak sesuai dengan harapan dan modal yang dikeluarkan” Kata Ryke. Model pengelolaan pengusahaan hutan rakyat seperti ini kurang menjanjikan. “Karena itu saya mencoba memberikan arahan sekaligus penjelasan tentang macam – macam agroforestry, manfaat dan keuntungan yang bisa dihasilkan” paparnya.
Penjelasan dan contoh komoditas tanaman agroforestry, seperti Jahe dan Talas mulai dari sebaran tumbuh, jenis hingga teknologi pengolahan pasca panen dikupas tuntas oleh M. Hidayatullah peneliti Balai penelitian dan Pengembagan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Untuk meyakinkan peserta bahwa model pengelolaan hutan dengan sistem agroforestry ini memiliki prosek yang menjanjikan, Muktasam, M. Agr.Sc, Ph.D. Salah satu narasumber Sekaligus Dosen UNRAM ini menjelaskan kepada para peserta tentang “Peluang Pemasaran dan Membangun Jejaring Pemasaran Produk Agroforestry Hutan Rakyat”. Hal ini sangatlah penting karena di luar sana sudah banyak Perusahaan Besar yang menunggu bahan baku mentah dari para petani dan masyarakat yang memiliki nilai jual Tinggi.
Tidak hanya mendaptkan ilmu berupa materi dan teori saja, para peserta juga diajak langsung mendemostrasikan praktek dan bertukar teknik pengolahan jahe anatara produk pengolahan jahe Lombok dan pengolahan jahe ala Sumbawa.
Pengolahan Jahe yang biasa dilakukan di Lombok langsung didemonstrasikan oleh Pak Nasarudin dengan memperkenalkan produk olahan jahenya. Selanjutnya untuk pengolahan jahe yang biasa dilakuakan oleh masyarakat di Sumbawa didemonstrasikan oleh Bapak Junaidi. Keragaman teknik ini menjadi sangat menarik, dimana setiap produk memiliki menggunakan bahan tamabahan yang berbeda dan tata cara pengolahan yang berbeda namun memiliki khasiatnya relative hamper sama.
Semoga ikhtiar yang diupayakan ini membuahkan hasil untuk kelestarian hutan kesejahteraan masyarakat.