Bentuk daunnya, batangnya, rumpunnya sekilas menyerupai tanaman lengkuas, itulah tanaman kecombrang. Bagi kebanyakan orang yang lahir di jaman old dan dibesarkan di kampung pastinya tak asing lagi dengan tanaman kecombrang, ia kan.. karena tumbuhan ini banyak ditemukan di hutan. Kok, di hutan, kan bukan tanaman pohon.Memang dia tidak termasuk golongan pohon, tapi hampir semua keluarga zingiber dapat tumbuh dengan baik di bawah tegakan pohon. Jadi bagi saudara pelaku perhutanan sosial wajib tahu mencobanya untuk menanam kecombrang di lahan garapannya.
Nanamnya cukup sekali panennya berkali-kali terus menerus. Inaq Roh dan masyarakat di sekitar KHDTK Rarung biasa memanen, bunga, dan tunas mudanya untuk rempah dan sayur. Kecombrang merupakan tumbuhan rempah-rempahan yang memiliki aroma yang kuat. Tak heran jika kecombrang banyak dijadikan sebagai bumbu atau bahan masakan karena memberikan aroma segar. Rasa yang khas agak asam mirip jeruk lemon, sedikit pedas seperti jahe, dan harum seperti serai. Oleh karena itu kecombrang juga disebut ginger troch, teman-teman.
Pengakuan Amaq Mia salah satu penendak yang biasa menampung hasil hutan bukan kayu dari para petani rutin menjulnya ke pasar. Satu batang tunas muda ukuran kurang lebih 30 cm dihargai 1000 rupiah. Belum lagi dari bunga, biji dan rimpangnya. Harga yang menarik jika para petani perhutanan sosial mengembangkan tanaman ini.
Pada komunitas ilmiah kecombrang disebut Etlingera elatior, di suku sasak Lombok dikenal dengan nama kecicang, di daerah kalian pasti beda lagi namanya
Coba sebutkan dikolom komentar apa nama nya di daerahmu.